Jumat, 25 Mei 2012

Laporan Praktikum tentang Zat Aditiif Bahan Makanan Ringan dan Minuman Berenergi


I.JUDUL PERCOBAAN
Zat aditif bahan makanan ringan dan minuman berenergi
II.TUJUAN PERCOBAAN
1.                  Meneliti kandungan zat pada makanan jajanan dan minuman berenergi
2.                  Menguji zat warna pada makanan jajanan pasar yang dijual disekolah
III.ALAT DAN BAHAN
a.       A. Alat
No
Alat
Jumlah
1
Gunting
1 buah
2
Pulpen
1 buah
3
Pensil
1 buah
4
Mistar
1 buah
5
Kertas Saring
2 buah
6
Tempat air
1 buah

b.      B. Bahan
No
Bahan
1
Snack richees sipp  jagung bakar
2
Snack richees siip coklat
3
Snack richees nabati
4
Snack jaipong
5
Kecap cap bango
6
Saos sambal ABC botol
7
Saos sambal sachet
8
Tinta
9
Air 

IV.DASAR TEORI
Minuman berenergi diklasifikasikan sebagai suplemen dan dipromosikan dapat menambah energi, stamina, kinerja atletik, dan konsentrasi serta menurunkan berat badan. Bahan umum yang digunakan yakni gula atau pemanis buatan, vitamin, suplemen herbal, dan yang paling penting; sejumlah besar stimulan seperti kafein, taurine, dan guarana, yang mempengaruhi sistem kardiovaskular.
Berikut adalah bahaya minuman energi :
1.       Mengandung gula tinggi
Kandungan gula yang tinggi dalam minuman berenergi bisa memicu peningkatan kadar gula darah, merusak gigi dan menyebabkan pertambahan berat badan. Pastikan Anda memeriksa kemasan untuk mengetahui berapa jumlah gula dalam minuman tersebut. Bandingkan dengan minuman soda dan Anda akan menemukan kandungan gula dalam minuman energi lebih tinggi.
2.       Bahaya untuk anak
Paparan kafein dan gula yang tinggi pada anak-anak lebih berbahaya daripada pada orang dewasa. Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan sehingga dampaknya negatifnya lebih buruk di masa depan. Lagi pula minuman energi tidak mengandung zat gizi apa pun.
3.       Menyebabkan dehidrasi
Menyebabkan dehidrasi  Kandungan gula yang tinggi bisa menyebabkan penyerapan air ke dalam tubuh terhambat sehingga menimbulkan risiko dehidrasi. Tubuh yang dehidrasi justru memiliki performa yang buruk, baik saat Anda sedang beraktivitas atau duduk di belakang meja. Jika Anda merasa tidak bisa meninggalkan minuman berenergi disarankan untuk mengonsumsi segelas air setelah menenggak minuman energi.
4.       Menyebabkan jantung berdebar
Kafein bisa menyebabkan tekanan darah  meningkat dan jantung terasa berdebar-debar, terutama bagi mereka yang sensitif. Reaksi yang berbahaya pada minuman energi yang bisa terjadi antara lain rasa pusing, mual, sakit maag, tremor, serta mati rasa.
Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu, lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan nama lain “food additive”.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
 1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
 2. membuat makanan tampak lebih menarik;
 3. meningkatkan cita rasa makanan; dan
 4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
 1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
 2. zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.
1. Zat Pewarna
             Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
 a. Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9, warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
 b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia.
 Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
 Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.
Pewarna alami adalah pigmen – pigmen yang diperoleh dari bahan nabati, hewani, bakteri, dan alga. Pigmen tersebut antara lain:
1. Antosianin (oranye, merah, biru)
2. Betasianin dan betanin (kuning dan merah)
3. Karotenid (kuning, merah, dan oranye)
4. Klorofil (warna hijau sampai hijau kotor)
5. Flavoid (kuning)
6. Tanin (kuning)
7. Betalain (kuning dan merah)
8. Kuinon (kuning sampai hitam)
9. Xantin (kuning)
10. Pigmen heme (merah dan cokalt)
Beberapa faktor mengapa orang-orang menggunakan pewarna pada makanan diantaranya:
1. mengimbangi pemudaran warna karena paparan cahaya, udara, perubahan suhu dan kelembabpan
2. memperbaiki variasi warna
3. menguatkan warna yang terjadi secara alami
4. mewarnai bahan makanan yang tak berwarna
5. membuat makanan lebih menarik sehingga mengundang selera
Pada bulan November 2007, sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis terkemuka Lancet mengungkapkan bahwa beberapa zat pewarna makanan meningkatkan tingkat hiperaktivitas anak-anak usia 3-9 tahun, Hiperaktivitas adalah suatu keadaan dimana anak memiliki kesulitan untuk mengontrol perilaku dan memusatkan perhatian sehingga timbul aktivitas yang berlebih dan tak terkendali.
Beberapa jenis pewarna buatan yang terkenal dan beberapa efek samping yang ditimbulkannya :
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Yang berakibat meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang dan menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Zat ini akan lebih berbahaya lagi pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah. zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow.
3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk seperti: selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Zat tersebut berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, dan dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara.
4. Allura Red (E129)
Allura Red adalah pewarna sinetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. dalam studi itu, 52% telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit.
5. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara karena meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma.
Beberapa pewarna alami adalah sebagai berikut :
a. Klorofil
Klorofil adalah zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun.. Terdapat dua jenis klorofil yang telah berhasil diisolasi yaitu klorofil a dan klorofil b. keduanya terdapat pada tanaman dengan perbandingan 3:1. Klorofil a termasuk dalam pigmen yang disebut porfirin; hemoglobin juga termasuk di dalamnya.Klorofil a mengandung atom Mg yang diikat dengan N dari dua cincin pirol dengan ikatan kovalen serta oleh dua atom N dari dua cincin pirol lainmelalui ikatan koordinat; yaitu N dari pirol yang menyumbangkan pasangan elektronnya pada Mg (pada gambar dinyatakan dengan garis putus-putus).
b. Mioglobin dan Hemoglobin
Mioglobin dan hemoglobin ialah zat warna merah pada daging yang tersusun oleh protein globin dan heme yang mempunyai inti berupa zat besi. Heme merupakan senyawa yang terdiri dari dua bagian yaitu atom zat besi dan suatu cincin plana yang besar yaitu porfirin. Porfirin tersusun oleh empat cincin pirol yang dihubungkan satu dengan lainnya dengan jembtan meten. Heme juga disebut feroprotoporfirin. Baik hemoglobin maupun mioglobin memiliki fungsi yang serupa yaitu berfungsi dalam transfor oksigen untuk keperluan metabolisme.
c. Karotenoid
Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye, merah oranye yang terlarut dalam lipida (minyak), berasal dari hewan maupun tanaman, misalnya fukoxanthin yang terdapat didalam lumut, lutein, violaxanthin, dan neoxanthin terdapat pada dedaunan, likopen pada tomat, kapsanthin pada cabe merah, biksin pada annatto, caroten pada wortel, dan astazanthin pada lobster.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
 Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada  makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan  menjadi dua, yaitu:
a.       Zat pemanis alami.
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b.      Zat pemanis buatan atau sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
                Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
Beberapa pemanis buatan yang sering digunakan adalah:
1. Sakarin
Tingkat kemanisan sakarin adalah 300 kali lebih manis daripada gula. Karena tidak mempunyai nilai kalori, sakarin sangat populer digunakan sebagai pemanis makanan diet.

2. Siklamat
Tingkat kemanisannya 30 kali lebih manis daripada gula dan tidak memberikan after taste. Siklamat dilarang penggunaannya karena produk degradasinya yaitu sikloheksil amina bersifat karsinogenik. Hidrolisis tersebut terjadi akibat kegiatan ezim yang dihasilkan pada sistem pencernaan monogastrik.
3. Aspartam
Aspartam atau metil ester dari L-aspartil-L-fenilalanin merupakan pemanis yang mempunyai nilai kalori karena aspartam merupakan suatu dipeptida dengan kadar kemanisan yang tinggi (200 kali sukrosa). Karena merupakan dipeptida, Asapartam mudah terhidrolisis, mudah mengalami reaksi kimia yang biasa terjadi pada komponen pangan lainnya dan mungkin terdegradasi oleh mikroba. Hal tersebut tentunya merupakan limitasi penggunaan aspartam pada produk-produk pangan berkadar air tinggi. Jika mengalami hidrolisis aspartam akan kehilangan rasa manisnya. Di dalam makanan aspartam dapat mengalami kondensasi intramolukuler menghasilkan diketo piperazin.Biasanya digunakan untuk es cream.
4. Asesulfam K.
Asesulfam K adalah senyawa 6-metil-1,2,3-oksatizin-4(3H)-on-2,2-dioksida atau merupakan asam asetoasetat dan asam sulfamat. Tingkat kemanisan asesulfam adalah 200 kali lebih manis daripada sukrosa. Pengujian laboratorium telah membuktikan bahwa sesulfam K tidak berbahaya bagi manusia dan stabilitasnya selama pengolahan sangat baik.
Sedangkan zat pemanis alami dibedakan menjadi:
1. Pemanis nutrifi
Pemanis alami yang menghasilkan kalori. Berasal dari tumbuhan, hewan, dan hasil pengurain karbohidrat. Pemanis ini bisa mengakibatkan obesitas.
2. Pemanis nonnutriffi
Pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori. Berasal dari tumbuhan dan dari
kelompok protein
3. Zat Pengawet
Zat pengawet adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
             Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
       Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
          Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
 a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
 b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
 c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
 d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
 Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
Fungsi pengawet adalah:
• mencegah proses peluruhan yang terjadi sesuai dengan pertambahan waktu
• menjaga kualitas yang memadai
• sebagai penambah daya tarik makanan
Tiga macam zat pengawet:
1. GRAS (General Recognized as Safe) bersifat alami, aman, dan tidak menimbulkan efek racun.
2. ADI (Accpeptable Daily Intake) ditetapkan batas penggunaanya untuk melindungi konsumen
3. Zat yang tidak layak untuk dikonsumsi contoh: boraks, formalin, dan rhodamin – b.
Bahan pengawet buatan yang tidak diperbolehkan adalah formalin dan boraks :
1. Formalin (Formaldehyde solution)
Formalin merupakan suatu larutan yang tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37 % formaldehit dalam air, biasanya ditambahkan mineral 10-15 % sebagai pengawet, Penggunaan formalin seharusnya untuk Pembunuh kuman, sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; Pembasmi lalat dan berbagai serangga, bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak; Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas; Bahan untuk pembuatan produk parfum; Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku; Bahan untuk insulasi busa; Pencegah korosi untuk sumur minyak dan Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Namun sungguh mengerikan karena saat ini marak digunakan formalin sebagai sering digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah sehingga dapat menyebabkan kanker paru-paru, gangguan pada jantung, gangguan pada alat pencernaan, gangguan pada ginjal dll.
Bahaya formalin pada kesehatan: Dalam jangka pendek (akut), bila tertelan formalin maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menekan, mual, muntah dan diare, dapat terjadi pendarahan, sakit perut hebat, sakit kepala, hipotensi, (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Disamping itu formalin juga menyebabkan kerusakan jantung, hati, otak, limpa, pankreas, sistem saraf pusat dan ginjal. Jangka panjang (kronik), mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya tampak setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh. Timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah, sakit kepala, rasa terbakar pada tenggorokan, dan rasa gatal di dada. Pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker).
Tanda dan gejala keracunan formalin: Menyebabkan rasa terbakar pada mulut, saluran pernafasan dn perut, sulit menelan, diare, sakit perut, hipertensi, kejang dan koma. Kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat dan gangguan ginjal. Berdasarkan temuan patologis, formaldehid merusak jaringan dan menyusutkan selaput lendir, juga merusak hati, ginjal, jantung dan otak.
Ciri-ciri produk pangan yang mengandung formalin :

a. Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin:
1) Tidak rusak sampai lebih dari sebulan pada suhu kamar (25 derajad celcius),
2) Warna bersih dan cerah,
3) Tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur,
4) Tidak dihinggapi oleh lalat bila ditaruh ditempat terbuka.

b. Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin:
1) Tekstur lebih kenyal
2) Tidak mudah hancur
3) Lebih awet dan tidak mudah busuk
4) Beraroma menyengat karena ada formalin.

c. Ciri-ciri mie basah yang mengandung formalin:
1) Tampak sangat berminyak
2) Lebih awet dan tidak mudah basi
3) Beraroma menyengat karena ada formalin.

d. Ciri-ciri ikan basah yang mengandung formalin:
1) Warna putih bersih dan tekstur kenyal
2) Insang berwarna merah tua bukan merah segar
3) Lebih awet dan tidak mudah busuk.

e. Ciri-ciri ayam yang mengandung formalin:
1) Warna putih bersih
2) Lebih awet dan tidak mudah busuk.

2. Boraks
Penggunaan boraks atau pijer atau kie dapat merupakan garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri nonpangan khususnya industry kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks.
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan, gangguan pada kulit, gangguan pada otak, gangguan pada hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian. Dengan gejala sebagai berikut:
a. Tanda dan gejala akut
- Muntah
- diare
- merah dilendir
- konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker
Bahan pengawet yang aman dipakai, namun bahaya jika terlalu berlebih:
a. Kalisum benzoate
Pengawet ini bisa menghambat pertumbuhan bakteri penghasil racun, bakteri spora, dan bkateri bukan pembusuk, Bahan ini menimbulkan kesan aroma fenol, Bahan pengawet ini digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, siro, dan ikan asin. Dampak negatif dari bahan ini adalah menimbulkan asma bagi penderitannya.
b. Sulfur dioksida (so2)
Digunakan pada sari buah, buah kering, sirop, dan acar. Bahan ini berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker, dan alergi.
c. Kalium nitrit
Bahan ini berwarna putih dan kuning, yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu singkat. Efek samping dari bahan ini adalah kesulitan bernafas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah–muntah.
d. Kalsium propionat/natrium propionat
Keduannya termasuk golongan asam propionat, yang digunakan untuk mencegah jamur atau kapang. Bahan ini menyebabkan migren, kelelahan, dan insomnia.
e. Natrium metasulfat
Digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan ini menyebakan alergi pada kulit.
f. Asam sorbet
Digunakan pada prduk jeruk, keju, salad buah, dan produk minuman. Bahan ini bisa menyebabkan perlukaan kulit.
Bahan–bahan pengawet yang berbahaya antara lain:
1. Natamysin, yang digunakan pada produk daging dan keju, yang menyebabakan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan kulit.
2. Kalium asetat, digunakan pada makanan yang asam dan bisa menyebabkan rusaknya ginjal.
3. Butil hidroksi anisol (bha), biasanya terdapat pada daging babi dan sosis, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instan.
4. Zat Penyedap Cita Rasa
 Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempahrempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan.Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
 a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
 b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
 c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
 d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
                Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.
Kromatografi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk memisahkan campuran molekuler berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen dan distribusi molekul-molekul dalam dua fasa diam (adsorben) dan fasa bergerak (eluen). Dengan perkataan lain prinsip dasar dalam analisa kromatografi adalah berdasarkan pada prinsip distribusi fasa yakni suatu perpindahan komponen-komponen zat yang dianalisa dari suatu fasa yang bergerak (eluen) menuju ke fasa lain yang diam (adsorben) yang dilaluinya. Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen zat sampel atau fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan. Sedangkan adsorben adalah fasa diam yang mengikuti/menyerap zat yang dianalisa, contohnya kertas, kanji, selulosa, silika gel, dll. Distribusi fasa atau perpindahan molekul suatu komponen dari fasa yang bergerak menuju ke fasa diam yang dilaluinya merupakan suatu proses kesetimbangan. Apabila tetapan kesetimbangan dari molekul komponen-komponen dari zat yang akan dianalisa terhadap ke dua fasa yang bergerak dan fasa diam yang dilaluinya berbeda, maka akan terjadi pemisahan komponen-komponen tersebut. Bila suatu komponen mempunyai daya ikat pada fasa diam yang dilaluinya lebih besar, maka komponen tersebut akan lebih dahulu terikat/diadsorbsi oleh fasa padat daripada komponen yang lainnya. Sebagai hasil analisa kromatografi, daerah pemisahan komponen pada fasa diam akan berupa pita       lurus.
            Distribusi molekul dapat berupa distribusi fasa adsorbsi dan distribusi fasa partisi. Distribusi fasa adsorbsi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena adanya perbedaan daya adsorbsi komponen-komponen pada fasa padat. Sedangkan distribusi fasa partisi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena perbedaan kelarutan komponen-komponen dalam pelarut-pelarut yang tidak saling melarutkan.

Kromatografi   dapat   digunakan untuk sbb :
1. Menentukan konsentrasi suatu zat sampel.
2. Menentukan kemurnian zat sampel.
3. Memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu zat.
4. Menentukan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu zat sampel dengan menghitung harga Rf (Ratio formation) tiap komponen.

V. PROSEDUR KERJA
1.  Potong kertas saring dengan ukuran (3 cm x 9 cm) persegi panjang
2.
Tarik garis sebesar 1 cm dari ujung kertas secara horizontal menggunakan pensil.
3. Haluskan bahan-bahan yang belum halus,dan encerkan sedikit dengan air
4.
Buat satu titik yang tepat berada di tengah garis yang telah dibuat,untuk tanda tempat uji bahan-bahan yang di teliti di bubuhkan.
5. Sebanyak 40 ml pelarut yaitu air dituang ke dalam mangkok sedang
6. Bubuhkan bahan-bahan yang akan di uji pada garis yang berada pada bagian bawah kertas kromatografi/ kertas saring. Usahakan untuk membuat titik kecil dan jelas pada kertas, jaga agar titik yang dibuat untuk setiap percobaan tetap sama
7. Akibat dari efek kapiler kertas pada pelarut, maka larutan warna akan bergerak menuju ke bagian atas kertas, dan seiring dengan bergeraknya larutan, maka zat warna yang ada akan terpisah berdasarkan perbedaan densitasnya.

VI. HASIL PENGAMATAN
Komposisi pada beberapa minuman berenergi dan makanan ringan :
Ø Hemaviton :
-       Taurine 1000 mg
-       1,3,7 trimethylxanthine 50 mg
-       Ginseng extract 250 mg (setara dengan serbuk akar ginseng)
-       Vitamin B3 (nicotinamide) 20 mg
-       Vitamin B5 (patothenic acid) 5 mg
-       Vitamin B6 (pyridoxine HCl) 5 mg
-       Vitamin B8 (inositol) 50 mg
-       Vitamin B12 (cyanocobalamine) 5 mg
Ø Extra joss :
-       Taurine 1000 mg
-       Vitamin B2 (sodium phosphate)
-       Ekstrak ginseng korea 350 mg (setara dengan serbuk ginseng)
-       Vitamin B3 16 mg
-       Viamin B5 5 mg
-       Vitamin B6 1,5 mg
-       Vitamin B8 10 mg
-       Vitamin B9 (asam folat) 100 mg
-       Vitamin B12 1 mg
-       Royal jeli 2 mg
-       1,3,7 trimethylxanthine 50 mg
Ø Kukubima Ener-G
-       Panax radix extract (ginseng) setara dengan 300 mg serbuk ginseng
-       Royal jeli 30 mg
-       Honey 100 mg
-       Taurine 1000 mg
-       Caffeine (1,3,7 trimethylxantine) 50 mg
-       Vit B3 20 mg, vit B6 5 mg, vit B12 5 mg
-       Aspertame, cyclamate (sodium cyclchexanesulfamate), acesulfame,sodium bicarbonate, citrit acid, flavour, carmoisine Cl 14720, briliant blue Cl 42090
Ø CHITATO :
Kentang, minyak kelapa sawit (mengandung antioksidan TBHQ), bumbu rasa ayam barbeque (mengandung bubuk daging ayam, penguat rasa Mononatrium glutamat, Dinatrium inosinat, Dinatrium guanilat dan hidrosilat protein nabati)
Ø CHEETOS NET :
Terigu, tapioka, minyak kelapa sawit (mengandung antioksidan TBHQ), bumbu rasa lumput laut (mengandung penguat rasa mononatrium glutamat, natrium ribonukleotida, rumput laut), pengembang gula, dan garam
Ø LEO :
Tepung kentang, minyak nabati, bumbu rasa ayam (penguat rasa mononatrium glutamat, pewarna karamel), pengemulsi monogliserida nabati (mengandung antioksidan alfa tokoferol dan askorbil palmitat)
Ø TARO :
Tepung terigu, tapioka, minyak nabati,bumbu rasa balado(MSG, dinatrium inosianat dan guanilat), deoresin (cabe dan lada), gula, garam dan pengembang kue.
Hasil pengamatan uji kandungan zat warna pada makanan dengan cara kromatografi :
No.
Nama jajanan
Setelah diuji dengan cara kormatografi
1
Jaipong
Sampel jaipong tetap
2
Richeese sipp rasa keju
Sampel Richeese sipp rasa keju  tetap
3
Richeese sipp rasa coklat
Sampel Richeese sipp rasa coklat tetap
4
Richeese nabati
Sampel Richeese nabati  tetap
5
Kecap bango
Sampel kecap naik
6
Saos ABC
Sampel saos tetap
7
Sambal nasional sachet
Sampel sambal tetap
8
Tinta merah
Sampel tinta naik­­­­­­­­­

VII.PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini digunakan kertas kromatografi yaitu kerats saring sebagai medium penyerapan larutan pengembang. Kertas tersebut diukur dan dibagi 7 bagian dengan sama besar berukuran  cm x cm. Pada kolom 1 sampai kolom tujuh secara berturut-turut ditetesi dengan snack jaipong; snack RICHEES  nabati SIIP rasa jagung bakar; snack RICHEES  nabati SIIP rasa coklat ; tinta ; saos dalam bentuki sachet ; saos botol ABC ; kecap cap Bango ; dan Richees keju,yang sudah di haluskan terlebih dahulu dan dicampurkan dengan sedikit air, setelah kering, kertas dicelupkan dalam air

Dalam percobaan ini digunakan metode ascending, dimana pelarut maupun komponen akan teradsopsi dan bergerak ke atas dengan gaya kapiler pada kertas kromatografi, berlawanan dengan gaya gravitasi hingga ¾ bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Dari hasil percobaan didapatkan pada Tinta larutan warna bergerak menuju ke bagian atas kertas, dan seiring dengan bergeraknya larutan,  zat warna yang ada terpisah menunjukkan bahan tersebut tergolong berbahaya . Pada Kecap larutan menyebar karena densitasnya membuat larutan menyebar pada media kertas, Sedangkan pada snack Jaipong,Saos Sachet, Snack Richees rasa Jagung,Snack Richees rasa Coklat,Snack nabati keju,dan saos tomat ABC tidak mengalami perubahan maka tidak tergolong berbahaya dan menunjukan itu sehat untuk di konsumsi.

VIII.KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
Kromatografi kertas merupakan kromatografi dengan menggunakan kertas penyaring sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan yang terserap di antara struktur pori kertas.
Akibat dari efek kapiler kertas pada pelarut, maka larutan warna akan bergerak menuju ke bagian atas kertas, dan seiring dengan bergeraknya larutan, maka zat warna yang ada akan terpisah berdasarkan perbedaan densitasnya. Larutan warna yang bergerak keatas dan bergerak cepat menandakan mengandung zat pewarna yang tidak baik bagi tubuh.

Daftar Pustaka

Basset, J,  et al. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Day & Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Erlangga.   Jakarta.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Svehla, G.  1979.  Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Jilid 1 Edisi Kelima. PT.  Kalman Media Pustaka. Jakarta.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Kertas kromatografi nya beli dimana ya?

Unknown mengatakan...

Terimakasih.. sangat membantu Dan bisa dibuat contoh.